Ulas Tuntas Bersama Dokter Prapti Mengenai Heart Rate Dan Aplikasinya Pada Kegiatan Mendaki


Beberapa saat yang lalu, ketika saya sedang tak ada kerjaan, saya iseng memantau Timeline di Twitter, kebetulan sekali ada bahasan menarik tentang detak jantung / HeartRate yang berhubungan dengan aktifitas luar lapangan.

Narasumber kali ini adalah Ibu dokter @Prapti_Heryani yang juga merupakan penggiat kegiatan alam bebas / outdoor activity yaitu mendaki gunung. Hastag kultwit beliau adalah #heartrate.

Secara garis besar, inilah isi dari kultwit tersebut, Semoga Info penting ini bisa bermanfaat terutama buat teman2 penggiat Outdoor.

Monggo disimak:

Salah satu cara sederhana untuk mengetahui kesehatan jantung kita adalah dengan mengukur detak jantung atau heart rate.  Hal ini mungkin perlu diketahui bagi para pecinta lari atau pecinta ketinggian aka pendaki. Jantung adalah organ vital bagi tubuh kita.

Apakah olahraga atau aktivitas fisik kita terlalu ringan, berat, cukup? Salah satu ukuran untuk mengetahui intensitasnya adalah dengan menghitung heart rate.

Heart rate adalah jumlah detak jantung per satuan waktu yang biasa dinyatakan per menit / beats per menit (bpm) didasarkan pada jumlah kontraksi ventrikel. Heart rate bisa diukur di belakang lutut, paha bagian dalam, leher, kaki, pelipis, pergelangan tangan dll. Biasanya paling mudah di pergelangan tangan dan leher.

Heart rate normal orang dewasa adalah 60-100 bpm. Variasi detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan tubuh saat itu.

Faktor yang mempengaruhi heart rate  antara lain adalah: aktifitas fisik, suhu udara sekitar, posisi tubuh ( tidur/berdiri), tingkatan emosi, usia dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Jadi heart rate orang yang dalam kondisi beristirahat, habis olahraga, sedang mendaki, sedang, emosi ataupun sedang bahagia itu berbeda.

Resting heart rate / denyut nadi istirahat / denyut nadi normal antara 60 – 100 bpm. Agar didapatkan hasil yang pas, dapat diukur saat bangun pagi sebelum beraktifitas apapun. Jika resting heart rate lebih rendah dari angka diatas, berarti penggunaan oksigen dalam tubuh dapat dikatakan lebih efisien / kebugaran kardiovaskulernya baik. Biasanya untuk pendaki, memiliki nilai yang mendekati paling rendah atau bahkan lebih erndah karena sudah terlatih.

Cara menghitung Heart rate adalah,

  • temukan titik nadi (daerah yang denyutnya paling keras) yaitu nadi radialis di pergelangan tangan dekat ibu jari. Bisa juga menghitung heart rate pada nadi karotis di daerah cekungan bagian pinggir leher (mentok rahang).

    nadi radialis

    Cara menghitung detak jantung pada lengan – nadi radialis

  • Tekan pergelangan tangan/leher pakai jari telunjuk dan jari tengah.
  • Tempatkan telunjuk dan jari tengah di pergelangan tangan bawah jempol atau di leher kemudian tekan dengan jari sampai detemukan denyut nadi.
  • Jangan memeriksa denyut nadi di kedua sisi pada saat yang sama, hal itu dapat memperlambat aliran darah ke kepala akibatnya sesak nafas bahkan pingsan.
  • Obyek harus dalam posisi duduk/berbaring. Arteri leher pada beberapa orang sangat sensitif terhadap tekanan. Pingsan dapat memperlambat denyut jantung.

    nadi karotis

    Cara menghitung detak jantung pada leher – nadi karotis

  • Setelah menemukan denyut nadi, hitung jumlah denyut selama 1 menit penuh, atau hitung denyut selama 3 detik lalu kalikan 2.
  • Jumlah denyut jantung berbeda-beda sesuai aktifitas dan kondisi kesehatan. Untuk mendapatkan denyut jantung yang normal, istirahatlah min 10 menit sebelumnya.

Begitulah cara menghitung denyut nadi normal pada masing2 orang. Kemudian bagaimana caranya menghitung denyut nadi maksimal atau kemampuan maksimal jantung?

Heart Rate Max rumusnya adalah 220 – umur.

Misalnya : si A 40 tahun, jadi denyut nadi maksimalnya adalah 220-14 = 180 bpm

jadi jangan melakukan aktifitas sampai melebihi 180bmp.

Cara mengetahui Training Heart Rate atau rentang yang tepat untuk beraktifitas :

Rentang yang tepat untuk beraktivitas yaitu antara 60%-80% dari heart rate max

jadi, 60%-80% x 180 bpm = 108 – 144 bpm

Artinya jika Si A tadi dipaksakan beraktifitas sampai denyut nadinya melebihi 180 bpm maka akan terjadi kram jantung yang membuat serangan jantung.

Terus, bagaimana cara mendeteksi heart rate kita masih layak melanjutkan aktifitas atau tidak. Kalau sedang beraktifitas kita sibuk menghitung heart rate kan repot, maka bisa diakali dengan merasakan dan sadar diri. Contohnya ketika kita sedang mendaki, kita ngobrol atau bernyanyi, jika saat ngobrol atau bernyanyi nafask kita mulai terengah-engah maka itu menandakan kita sudah harus beristirahat sejenak. Tarik nafas yang panjang. Jika tubuh mulai dehidrasi, maka minumlah, lebih baik mengkonsumsi minuman yang manis dan jangan terlalu dingin.

Detak jantung yang terlalu cepat menyebabkan kerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh tidak efektif sehingga mengurangi asupan oksigen ke organ dan jaringan. Gejala heart rate yang terlalu cepat yaitu, cepat pusing, sesak napas, jantung berdebar, nyeri dada, pingsan dll. Jika dalam keadaan tersebut, kita masih memaksakan diri maka fungsi jantung kita bisa terganggu.

Semakin rendah kadar oksigen di suatu daerah maka akan semakin tinggi heart rate. Maka lebih baik jalan pelan namun stabil agar jantung dan paru-paru dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan baru (aklimatisasi).

Menghitung Heart rate penting untuk dilakukan sebagai diagnosis awal ada tidaknya gangguan kardiovaskuler/jantung. Jangan beraktivitas melebihi heart rate max yah ! 🙂

Demikianlah isi dari kultwit ibu dokter, semoga bermanfaat dan memberikan kita kesadaran akan kesehatan jantung kita. Jangan biarkan teman-teman kita tidak membaca informasi penting ini. Silahkan di share dengan cara menekan tombol share di bawah. Salam lestari 😀

src #heartrate

4 komentar di “Ulas Tuntas Bersama Dokter Prapti Mengenai Heart Rate Dan Aplikasinya Pada Kegiatan Mendaki

  1. Ping balik: 7 Tips Menentukan Arah Mata Angin Tanpa Menggunakan Kompas | myBlog

  2. Ping balik: Gadget Heart Rate/Heart Beat untuk Monitoring Detak Jantung | Warung Sains dan Tekno

Tinggalkan komentar